Bulan
Ramadhan memang menjadi momentum tersendiri untuk beribadah kepada
Allah. Bulan ini dikaruniai oleh Allah dengan berbagai kelebihan dan
keistimewaan. Salah satunya adalah dilipatgandakannya pahala atas
perbuatan baik atau ibadah. Maka wajar jika lantas kita berlomba-lomba
dalam beribadah di bulan yang penuh ganjaran ini.
Ramadhan tidak hanya untuk umat Islam yang ada di
Arab saja, atau yang ada di Indonesia saja, atau di sebagian belahan
dunia saja. Ramadhan datang untuk semua orang Muslim di seluruh dunia,
dan di mana pun dia berada. Jadi perlombaan dalam beribadah ini bisa
dikatang terjadi di seluruh belahan dunia. Namun demikian, tentu
terkadang suasannya berbeda antar satu tempat atau negara ke yang
lainnya.
Di Mesir contohnya, suasana beribadah di bulan suci
Ramadhan terasa lebih kental daripada di luar bulan ini. Meski dari
segi kehidupan sehari-harinya, Mesir sudah sangat agamis dan islami.
Faktor ini tentu saja salah satunya disebabkan karena akar sejarah dan
kebudayaan Islam sangat kental sekali di Mesir. Di sini juga terdapat
basis utama umat Islam untuk menuntut ilmu agama, yaitu Universitas
Al-Azhar. Pengaruh universitas tertua di dunia ini sudah sangat kuat
sekali di masyarakat Mesir, bahkan kepada umat Islam di seluruh dunia.
Suasana agamis yang sudah menjadi budaya dalam
masyarakat Mesir itu semakin menjadi-jadi lagi ketika bulan suci
Ramadhan tiba. Salah satu indikasi tersebut adalah semakin bertebarannya
orang-orang yang membaca al-Qur’an sambil di jalan dan di tempat umum.
Mesir seperti sudah membumikan al-Qur’an dengan tilawah-tilawan
masyarakatnya.
Di hari biasa selain Ramadhan, memang pemandangan
orang membaca al-Qur’an di tempat umum sudah
biasa terlihat. Namun
setibanya bulan Ramadhan, jumlah itu bisa ditakar semakin membludak.
Yang membacanya juga semua kalangan, dari yang muda sampai yang tua,
baik laki-laki maupun perempuan.
Sebagai contoh, di dalam metro yang lumayan cukup
berdesakan saja, masih sempat-sempatnya orang Mesir membaca al-Qur’an
meski dengan berdiri. Salah seorang anak muda juga kelihatan sangat
serius sekali membaca al-Qur’an dari i-Phone miliknya sambil berdiri.
Jika berpergian dengan menggunakan el-tramco,
angkutan umum sejenis angkot (angkutan kota) di Indonesia, maka tidak
jarang perjalanan kita ditemani dengan lantunan tilawah al-Qur’an.
Hampir semua el-tramco memutar tilawah al-Qur’an, baik dari radio maupun dari kaset. Penumpang pun sunyi sepi mendengarkan tilawah tersebut.
Budaya membaca al-Qur’an di Mesir memang sudah
mengakar di masyarakatnya. Di Mesir memang tidak ada TK Al-Qur’an untuk
anak-anak. Tapi di masjid-masjid sangat digalakkan sekali pembelajaran
baca al-Qur’an untuk anak kecil secara bebas. Siap pun boleh ikut tanpa
harus membayar uang sepeser pun. Bahkan, seperti yang saya saksikan di
salah satu masjid dekat rumah, anak-anak yang semangat membaca
al-Qur’annya justru mendapat hadiah berupa permen dari sang ustadz.
Tidak hanya itu, setelah bisa membaca al-Qur’an, anak-anak kecil itu
lalu diwajibkan setoran hafalan al-Qur’an.
0 komentar:
Posting Komentar